MPS-REVIEW
II: Competing Paradigms in Qualitative Research
Oleh:
Yasinta Sonia Ariesti
NPM:
1006762612
Terdapat empat
paradigma yang akan dibahas dan dibandingkan, seperti positivism,
postpositivism, kritikal teori yang berhubungan dengan posisi ideologi, dan
konstruktivism dan dibantu dengan perspektif metode kualitatif dan kuantitatif.
Kedua metode ini dapat secara tepat digunakan dengan paradigma apapun.
Secara sejarah,
pembagian ilmu dibagi menjadi ilmu keras (seperti matematika, fisika, dan
kimia) dan ilmu halus (biologi dan ilmu sosial). Pembagian ini berdasarkan
“received view” atau tampilan yang diterima, bahwa ilmu pengetahuan dapat
diterima jika terfokus pada upaya untuk memverifikasi atau memalsukan apriori
danyang paling berguna.
Kritik terhadap
“received views” ada dua yaitu intraparadigma kritik/internal untuk pandangan
konvensional yang mengandung asumsi metafisik dan ekstraparadigma
kritik/eksternal.
Kritik Intraparadigma
menyorot pada beberapa hal seperti
1.
context stripping (dimana berlakunya
metode quantitativ yang terpaku pada variabel-variabel dan angka, sedangkan
ilmu sosial tidak memilikinya yang mengabaikan dimensi konstektual dan
menganggap realita bersifat tunggal),
2.
exclusion of meaning and purpose (pendekatan
kuantitatif yang mengabaikan asumsi realitas sebagai konstruk sosial dimana
kualitatif bisa menganggap bahwa sifat manusia tercipta dari pengaruh
lingkngannya),
3.
disjunction of grand theories with local
context seperti dilema etnis, ketidakberlakuannya data umum untuk kasus-kasus
individual
4.
exclusion of the discovery dimension in
inquiry (dimana kuantitatif didorong oleh prinsip deduktif dalam pencarian
ilmiah)
Pada intinya,
intraparadigma mengkritik “received view” dari masalah dan dilema yang dihadapi
metode kuantitatif dan kerancuan lainnya terhadap substansi yang diteliti.
Kritik ekstraparadigma ini
lebih menyorot pada asumsi sebelumnya dimana metode menjadi alat yang utama, di
ekstraparadigma ini datang kritik dari luar mengenai “received view” berupa
hantaman-hantaman dari banyak teori mengenai merode kualitatif lebih baik untuk
menganalisa satu permasalahan. Teori-teori yang mengkritik adalah seperti teori
laddeness of fact dan value underdeterminating theory.
Ekstraparadigma lebih
menyorot masalah fasilfikasi, verifikasi dan tentunya metodologi dalam
penelitiannya.
Intinya, penelitian
kualitatif dan kuantitatif berbeda dari data yang dipergunakan dan perbedaannya
juga terdapat pada konsep atau pandangan si peneliti seperti perbedaan dalam
cara pandang seperti epistemologi, ontologi dan aksiologi antar paradigma yang
ada. karena metode kualitatif atau kuantitatif hanyalah implikasi dari
paradigma. jadi, jika paradigma yang dipakai adalah sama antar peneliti, metode
apapun bisa dipakai secara bersamaan. Tapi, jika si peneliti sudah menempuh
paradigma yang berbeda, maka sudah dapat dipastikan mereka tidak akan bisa
bekerjasama dikarenakan mental window yang berbeda, begitu juga dengan metode
yang akan dipakai.
Terdapat tiga asumsi dalam
paradigma: ontologi (apakah realitas itu?), epistemologi (apa hubungan antara
peneliti dan yang diteliti) dan metodologi (apa dan bagaimana proses
penelitiannya). Perbedaan paradigma ini dikaitkan dengan perbedaan jawaban atas
pertanyaan dasar tersebut.
Positivism
|
postpositivis
|
Kritikal
teori
|
Konstruktivism
|
|
Ontologi
|
Adanya
realita yang real yang telah diatur oleh kaidah-kaidah terntentu yang berlaku
universal
|
Adanya
reality yang real, tidak hanya sempurna tetapi menangkap secara probabilistik
|
Realitas
yang teramati merupakan realitas semu yang sudah terbentuk oleh proses
sejarah dan kekuatan sosial, ekonomi, budaya dan politik.
|
Relatisivis:
realitas adalah konstruksi sosial, diaman kbenaran sifatnya relatif dan
tergantung masyarakatnya yang menilai.
|
Epistemologi
|
Dualis/objektivis:
menemukan kebenaran
|
Kritik
yang tradisional
|
Transaksionalis/subjektivis:
hubungan peneliti dan diteliti dijembatani nilai-nilai tertentu.
|
Transaksionalis/subjektivis:
pemahaman suatu realitas atau temuan suatu penelitian merupakan produk
interaksi peniliti dengan yang diteliti
|
metodologi
|
Eksperimental/manipulatif:
verifikasi dari hipotesis dengan metode kuantitatif.
|
Participatif:
maengutamakan analisis komprehensif, kondtektual, dan multilevel analisis
yang bisa dilakukan melalui penempatan diri sebagai partisipan dalam proses
transformasi sosial.
|
Reflektiv/dialektika:
menekankan empati dan interaksi yang dialektis.
|
Positivis dalam
pandangan ontologinya memandang realita secara keseluruhan dan apa adanya “way
things are”, sedangkan epistemologi melihat objek secara independen dan tanpa pengaruh
dr luar objek itu sendiri. Dan dalam kerangka metodologi yang bersifat
eksperimen dan manipulasi, positivis menggunakan beberapa pengujian pada
hipotesisnya.
Postpositivis melihat
objek secara tidak sempurna dalam ontologi, atau lebih melihat objek secara
tidak biasa yang berkebalikan dengan realisme. Dalam epistemoogi, posposotivis
beusaha menilai objek secara objektif dibantu dengan dualisme-dualisme yang
ada. sedangkan dalam kerangka metodologi, lebih banyak dipengaruhi oleh
manipulasi dan berkesperimen pada objek.
Pada kolom teori
kritis, sebelumnya teori kritis ini memandang ilmu sosial sebagai suatu proses
dengan kritis mengungkapkan kenyataan dibalik suatu kesadaran sosial. Dalam
kerangka ontologi, dia tidak melihat realita begitu saja, tapi denga cerita
historis yang terkandung dan mempengaruhi objek tersebut hingga saat ini. dalam
epistmologi, hubungan antar si objek dan subjek amat diutamakan dengan sifatnya
yang objektif. Lalu pada metodologi, penelitian bersifat dialogis dan
dialektikal.
Di kolom konstruktif
dimana teori ini memandang ilmu sosial sebagai analisis sstematis dengan
caranya yang mengamati secara langsung pada pelaku sosial agar dapat merasakan
secara nyata bagaimana mereka menafsirkan dan menciptakan bahkan merawat dunia
sosialnya.jadi akan ada subjektifitas dalam penilitian ini. Dalam kerangka
ontologinya, konstruktivis bersifar relatif dengan pandangan penilaian yang
dianjurkan adalah lebih dari satu sisi. Lalu dalam epistimologi yang subjektif
dan transaksional, si peneliti maupun yang diteliti diperbolehkan untuk saling
berinteraksi. Lalu dalam kerangka metodologi, konstruktivis bersifat
dialektikal dan hermeneutikal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar