PAN-ISLAMISME : SEMANGAT DAN GAGASAN
DARI JAMALUDDIN AL-AFGHANI
Oleh:
Annisa
Nurul Amanah (1006772020)
Ahmad
Khafi Ghon (1006692221)
Yasinta
Sonia Ariesti (1006762612)
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS
INDONESIA
Pendahuluan
Jamaluddin
al-afghani berasal dari Afganistan. Nama Al-Afghani ia dapatkan karena ia
adalah seorang Afganistan, tapi ada juga yang meragukan asal usulnya dan ada
kemungkinan bahwa ia adalah seorang syiah dari Iran. Pendidikan pertama yang ia
peroleh yaitu dari madrasah yang mempelajari tentang islamm dan tasawuf ,
seperti anak muda kebanyakan pada waktu itu, Jamaluddin juga mempelajari bahasa
Persia dan bahasa arab. Jamaluddin pergi ke India untuk mempelajari ilmu pasti
secara modern . kemudian beliau mengadakan perjalanan dalam dunia islam. Negara
yang pertama ia kunjungi adalah mekkah . selama di Mekkah ia mulai mengenal
dunia Timur dan pengalaman hidup yang luas. Selain itu Jamaluddin berkunjung ke
Negara-negara lain seperti Persia,Hijaz,Istanbul .Dari berbagai Negara yang dikunjungi
tersebut tempat dan waktu yang paling bermanafaat adalah saat beliau menetap di
mesir dari permulaan maret 1871 – agustus 1879 (muharram 1288 – tahun 1296 H) [1].
Dari sinilah lahir pemikiran Pan-Islamisme yang sangat dikenal sampai sekarang
ini.
Pan
islamisme menurut Jamaluddin adalah suatu pembaharuan dan kebangkitan dari
dunia islam sendiri sedangkan istilah awalnya yang berasal dari dunia barat .
Disini dapat disimpulkan bahwa pan islamisme adalah suatu pembaharuan atau
gagasan untuk menyatukan dunia islam semangat para muslim atau perjanjian
antara pemerintah – pemerintah islam . yang dipimpin oleh pemimpin paling kuat
dan besar[2].
Muhammad
Abduh yang merupakan murid dari Jamaluddin dan rajin melakukan syiar syiar
melalui tulisan kemudian melakukan pendekatan melalui tulisan sasarannya
terutama pada para kaum muda mesir. Berani berpendapat merupakan hal yang
sangat ditekankan oleh al-afghany . Dengan melalui tulisan dan keberanian berpendapat
ini merupakn cara yang ditempuh untuk melawan penjajah. Jamaluddin juga memberikan bantuan
penyelesaian masalahnya didorong oleh pengalamannya selama beliau berada di
afgaanistan seperti melakukan pemberontakan suku-suku afganistan melawan
inggris . disisi lain Jamaluddin juga mempelajari karya karya barat . Ada pula
majalah al-urwah al-wusqa yang membuat berita dan artikel tentang dunia timur
tulisannya juga intinya untuk membangkitkan semangat para kaum muda dalam membasmi
para penjajah .
a. Pembahasan
Kelahiran Pan-Islamisme
Jamaluddin
Al-Afgani adalah pemikir Islam yang hidup dengan menghabiskan banyak waktunya
untuk belajar, berdakwah, mengajar, berkawan, dan menjelajahi banyak negeri dan
menanamkan semangat pembaruan dimana pun ia menginjakan kakinya dan sangat
mencintai agamanya. Ide dan semangat pembaruannya muncul sebagai icon dari diri
Jamaluddin sendiri melalui pengalaman hidup dan atas kebencian yang timbul atas
dunia barat yang dirasanya telah banyak mengekang rumah tangga pemerintahan di
negeri timur, khususnya pada saat itu di Mesir.
Jamaluddin
menetap di Mesir selama delapan tahun, dan menjadi kehidupannya yang paling
menginspirasi dalam memproduksikan segala semangat dan pembaruannya, karena
disanalah ia menanamkan segala benih pembaruannya dan berhasil, tidak seperti
saat ia menetap di Persia dan Istanbul. Dan di tanah Mesir inilah, lahirnya
gagasan Pan-Islamisme yang sangat menggegerkan dan terkenal sampai sekarang,
berabad-abad setelah Jamaluddin wafat di tahun 1897, ia meninggal di tanah Istanbul,
didalam Istana Sultan Abdul Hamid.
Pan-Islamisme
sebenarnya adalah istilah yang dipopulerkan dan diperkenalkan oleh dunia barat,
sedangkan Jamaluddin sendiri lebih sering menginsyaratkannya dengan kata
persatuan dan kebangkitan. Mari kita sepakati saja dalam pembahasan kali ini,
bahwa Pan-Islamisme adalah satu gagasan atau bisa disebut dengan suatu semangat
untuk meyatukan para kaum muslimin atau perjanjian persahabatan di antara
pemerintahan-pemerintahan Islam yang dipimpin oleh pemerintahan yang paling
besar dan paling kuat[3],
merupakan ramuan antara perasaan religius, perasaan nasional, dan radikalisme
Eropa dari diri Jamaluddin.
Pan-Islamisme
tidak menawarkan atau bukanlah suatu konsep dalam benegara atau bagaimana
seharusnya dan seperti apa posisi agama Islam dalam negara, Pan-Islamisme
bukanlah suatu konsep kekhalifahan, karena pada saat menggagasnya, Jamaluddin
pun berfikir bahwa tidak mungkin seluruh negara Islam yang besar berada dalam
satu penguasa saja dan jika ide ini lebih diperdalam, ia menginginkan satu ikatan
yang kokoh dalam menjalin persatuan dan melawan penjajahan, bersama-sama
bangkit, dan tidak hanya pada negara-negara Islam saja, tapi siapa pun diluar
sana yang memiliki jiwa seorang Islam tanpa memandang ras, lokasi dan segala
perbedaan untuk bersama, maju menyelamatkan umat Islam dari ketertinggalan dan
membangunkannya dari kondisi yang serba nyaman padahal kondisi sesungguhnya
adalah Islam (dalam hal ini negara di timur tengah) tengah terjajah oleh barat.
Gagasan
ini muncul dengan pola pemikiran Jamaluddin yang pada saat itu sedang tinggal
di Mesir dan melihat kondisi Mesir yang amat miskin, gersang padahal tanahnya
begitu kaya dan subur. Kesulitan keuanganlah yang membuat Mesir semeronta-ronta
itu dihadapan Jamaluddin. Dalam kondisi perekonomian yang buruk itulah, mulai
banyak masuknya campur tangan asing, dalam hal ini negara Barat tempat Mesir
berhutang. Intervensi tentunya dimulai dari arus perdagangan, Inggris dan
Prancis melakukan pengawasan pada sektor masing-masing ekspor dan impor di
Mesir. Keadaan ini diperparah dengan dibentuknya Dewan Pengawas Tinggi yang
beranggotakan negara-nergara Eropa untuk mengawasi proses dan alur pembayaran
hutang dari Mesir terhadap negara-negara yang dihutanginya, berikut cicilan dan
sirkulasi utang-utang tersebut.
Berdasarkan
lingkungan hidup saat itu di Mesir lah, Jamaluddin menjadi giat dan turun untuk
membangunkan kesadaran akan bangsa timur bahwa Barat telah mengeksploitasi
bangsanya sendiri dan bersama muridnya, Muhammad Abduh, giat melakukan
syiar-syiar lewat tulisan dan melakukan pendekatan kepada para petinggi negara.
Ia menginginkan rakyat disana bisa berbicara dan berjuang untuk mendapatkan
haknya. Berani berpendapat adalah hal yang ditekankan oleh Jamaluddin kepada
rakyat, terutama para kaum muda di Mesir. Mereka berdua mengajarkan bagaimana
menulis dan meluncurkan pendapatnya mengenai negara. Karena disana, tulisan
menjadi jarang sebagai media untuk saling memberitakan. Padahal para pujangga
Mesir amatlah terkenal, tapi sastranya digunakan untuk hanya memuji para
penguasa yang sebenarnya hanya bisa menyengsarakan rakyatnya saja. Maka dari
itu, mereka berdua menerbitkan surat kabar bertajukkan at-Tijarah yang akhirnya
juga digunakan untuk menyuarakan keadaan timur yang sesungguhnya pada negara di
timur lainnya dan berhasil membakar semangat rakyat Mesir dengan munculnya
pemberontakan-pemberontakan.
Jamaluddin
yang mumpuni dalam bidang tulis menulis, tapi tidak suka dan tidak banyak
menulia, dan dilatar belakangi dengan pengalaman-pengalamannya seperti ikut
dalam pemberontakan suku-suku di Afghanistan melawan Inggris dan pada sisi lain
ia juga berusaha mempelajari karya barat, sains Eropa lah yang menjadikannya
seorang pemikir dan ide-idenya yang layak untuk diterbitkan, juga membuat majalah berbahasa Arab, dan
disebarkan ke seluruh penjuru negara di timur tengah, tidak lama memang hanya
sekitar delapan bulan, karena dianggap berbahaya majalah ini pun berhenti
terbit di banyak negara. Majalah yang berjudulkan al-Urwah al-Wusqa memuat
berita-berita dan artikel-artikel mengenai dunia timur, yang intinya dari
tulisan-tulisannya adalah untuk membangkitkan semangat untuk mencapai
kemenangan dari keterpurukan dibawah penjajahan bangsa barat dan agar kita senua
memiliki harapan itu, jauh dari rasa putus asa.
Pan-Islamisme
sendiri tidak pernah terjadi dan tidak terealisasikan dalam suatu bentuk
organisasi atau wadah apapun yang struktural untuk menjalankan misi-misinya,
tetapi hanya sebatas ide dan semangatnya lah yang berhasil disebarluaskan oleh
Jamaluddin dan muridnya, Muhammad Abduh. Cita-cita sesungguhnya dari Jamaluddin
mengenai pan-islamisme adalah terciptanya satu pemerintahan Islam yang dipimpin
oleh pemimpin Islam beserta ajaran-ajarannya. Ia membayangkan sebuah liga
internasional berisikan umat Islam. Tapi menurut pemahaman kami, Jamaluddin
juga tidak sepenuhnya berambisi membuat pemerintahan/bentuk tersebut, karena ia
juga takut menimbulkan hubungan yang renggang dengan dunia barat sendiri dan
dengan pemeluk agama lain. Itu mau tak mau disebabkan Jamaluddin banyak
berkunjung ke barat seperti Eropa (Paris, Rusia, dll), apalagi selama
menerbitkan majalah ini ia sedang tinggal di Paris dan menjalin
hubungan-hubungan baik dengan petinggi disana.
Bisa jadi suatu saat nanti akan menimbulkan kesan eksklusifitasan dari
umat Islam.
Dengan
majalah ini, semangat dan jiwa kebangkitan dunia Islam sudah menyala tersiarkan
dengan baik, majalah ini oun berakhir dengan kecaman dimana-mana seperti oleh
Inggris yang merasa negara jajahannya (jajahan dalam bentuk pengaruh dan urusan
rumah tangga kenegaraan) yaitu di India dan Mesir sudah mulai pergerakannya
untuk menentang Inggris.
Majalah
yang sudah mati itu ternyata tepat sasaran dalam membangkitkan semangat
pergerakan nasional di dunia timur. Tulisan-tulisannya yang panas dan begitu
menentang penjajahan, rasa benci terhadap asing agaknya memupuk pemikiran dan
semangat para kaum muda karena membahasa persatuan (lagi-lagi persatuan dunia
Islam atau dunia timur tengah), lalu masalah di Sudan, Mesir, dan India dibahas
dengan pandangan politik Internasional yang berisi penggerakan jiwa cinta
tangan air yang terhina dengan keadaan mereka dijajah Barat[4]
Saat
di Istanbul, Jamaluddin sempat akan mendirikan Jamiyah Islamiyah
(Pan-Islamisme) dengan bantuan Sultan Abdul Hamid yang menghimpun negara-negara
Persia, Afghanistan, dan Turki dengan wilayah-wilayah lainnya yang berada
dibawahnya, seperti yang telah dibahas sebelumnya, dengan cara suatu perjanjian
dan persatuan untuk membenahi pemerintahan dan pendidikan. Ia juga menginginkan
Iran masuk arena Iran adalah syiah dan menggunaka tradisinya untuk memerangi
musuh bersama , yang intinya gerakan ini dapat membendung serangan dan mencegah
infiltrasi dari bangsa barat (Eropa) pada masalah umat-umat Islam.
Jika
dapat dirangkum, ada dua pemikiran dari Jamaluddin mengenai pembaruan yang
menjadi cikal bakal lahirnya semangat Pan-Islamisme. Pertama, menyebarkan jiwa
kebangkitan di dunia Timur dalam banyak bidang seperti kebudayaan dan
pendidikan, menjernihkan agama, akidah dan ahlak untuk mengembalikan kemuliaan
dan kehormatan bangsa Timur dan kedua, melawan pendudukan kekuatan asing dan
dunia Timur bisa membangun suatu hubungan dan bersama-sama saling melindungi
diri dari bahaya yang mengancam mereka sesama umat Islam.
Islam
baginya adalah satu unit kebudayaan yang kaya, satu umat besar yang telah
membiarkan dirinya merosot dan kini terancam dari segala arah oleh kaum kafir
yang maju[5]
dengan pola pemikirannya yang rasional, dan memiliki keyakinan untuk membuka
pemikiran yang tradisional menjadi keterbukaan pikiran, intelektual dan
spiritual, ia juga menginginka suatu perubahan radikal dengan mengkaji ulang
hubungan antara sains dan agama. Seruan lebih ditujukan kepada kelompok muslim
sebagai imperiun, yaitu muslim Arab yang dianggap sebagai kelompol muslim yang
paling mampu, karena penyebaran bahasa mereka di seluruh ummah, untuk
mendapatkan dukungan dari sultan-khalifah di Asia dan Afrika[6]
Jamaluddin
juga memandang semangat Pan-Islamisme ini bukan sebagai agama, melainkan
sebagai sebuah peradaban dan membangun kembali negara-negara Islam yang
mengalami kemerosotan karena kapabilitas para pemimpinnya yang tanpa
pertimbangan dari banyak aspek, seperti ras, agama, maupun keturunan untuk
masuk untuk mencampurkan tangannya pada urusan negara, dan menyadarkan para
pemimpin untuk melepaskan diri dari cengkraman penjajahan tersebut.
Pemikirannya
dan semangat Pan-Islamisme inilah yang kelak menjadi jiwa fundamentalisme.
Setelah ia wafat, semangatnya yang dibawa oleh murid-muridnya terus berkembang.
Idenya adalah pemuncak para kaum modernis dan fondasi kaum fundamentalis di
abad-abad berikutnya dengan lingkup pengaruh Islamisme yang menjangkau seluruh spektrum
berbagai kelompok aktivis dan menjadi konsep-konsep tindakan mereka[7]
Pengaruh
Pan-Islamisme Al Afghani terhadap gerakan fundamentalis islam
Jamaluddin
Al Afghani bagi kelompok kami adalah seorang “ibu” bagi lahirnya pemikiran
modernisme islam di mesir pada abad 19. Pemikiran modernnya terlihat pada
upayanya mendobrak segala bentuk dogmatisme dan kejumudan islam. Sikap taklid
kepada para ulama yang ditampilkan sebagian umat islam pada masa itu berusaha
ia lawan. Seperti dikatakan Keddie bahwa Jamaluddin Al Afghani setidaknya
bersama murid-muridnya yang paling dekat cenderung untuk membawa umat melangkah
dari keyakinan tradisional menuju keterbukaan pikiran dan rasionalisme yang
mempunyai asal usul yang jelas[8].
Pemikiran yang terbuka dan rasionalisme diperlukan bagi umat islam untuk
mendobrak pintu besar ketertutupan pemikiran atau dalam bahasa lain pintu
ijtihad telah ditutup. Dogmatisme yang sudah mengakar dalam darah umat islam
perlu di sterilisasi. Rituali-ritual mistis keagamaan yang tidak berkesesuaian
dengan islam perlu diberantas. Ketertutupan pemikiran menyebabkan umat islam
oleh bangsa barat dianggap memilki keterbelakangan intelektual. Penggunaan
nalar dalam menginterpretasikan wahyu-wahyu Allah sangatlah diperlukan.
Dilihat
dari segi pemikiran sebenarnya Jamaluddin Al Afghani dapat dikategorikan
sebagai seorang modernis tetapi sekaligus fundamentalis. Sisi modernis Al
Afghani dapat diketahui melalui buah-buah pemikiran yang mengedepankan
pemikiran yang terbuka dan menggunakan rasionalisme dalam menghadapi dogmatisme
dan kejumudan agama. Namun pada sisi lain, pemikiran Jamaluddin Al Afghani
dikategorikan fundamentalis yang seperti dikatakan Anthony Black karena sikap
konfrontatifnya terhadap bangsa-bangsa barat, Ia adalah pemuncak kaum modernis
sekaligus fondasi bagi fundamentalis[9].
Oleh Beverley Milton-Edwards, fundamentalisme Al Afghani terlihat pada
thesisnya dengan mengatakan bahwa cakupan islam tentang modernitas tidak
berarti menyiratkan penerimaan besar-besaran terhadap norma dan prinsip
sekularisme dan dalam agenda politiknya akan membangkitkan dan memugar kembali
persatuan umat islam ( Pan-Islamisme) sebagai kendaraan terhadap anti
imperialisme dan liberalisasi[10].
Sikap konfrontatif dengan Barat inilah yang mengkategorikan dia sebagai peletak
dasar fundamentalisme.
Pengaruh
embrio dari pemikiran Jamaluddin Al Afghani mengenai konsep Pan Islamisme
ternyata banyak melahirkan ataupun menginspirasi gerakan-gerakan
fundamentalisme islam. Sebuah gerakan keagamaan dan politik yang mengatasnamakan
“islam”. Namun sebenarnya wajah islam sendiri warna-warni. Sebuah kerahmatan
karena perbedaan. Oleh mereka, wajah islam sekuat mungkin ataupun dengan jalan
kekerasan perlu diseragamkan menjadi satu wajah tunggal. Lalu menurut Saidi[11]
ada beberapa karakteristik dari kaum fundamentalis yang diantaranya :
1. Penafsiran
yang bersifat represif atas gagasan Tuhan. Mereka menolak kemungkinan
“demokratisasi” interpretasi teks-teks Tuhan tetapi menganjurkan penafsirasn
absolutis.
2. Penyatuan
antara agama dan negara. Perwujudan konsep ini adalah pemerintahan teokrasi.
3. Penolakan
atas dominasi simbol-simbol modern dan barat.
4. Penafsiran
yang besrifat literal-skriptual serta menolak historisisme-rasionalisme.
5. Pan
Islamisme. Manifestasi lain dari gagasan untuk menghidupkan kembali konsep
pemerintahan Pan Islamisme di mana pemeluk islam didefinisikan dalam satu
kesatuan ummah. Angan-angan ke arah satu kekhalifahan islam merupakan
perwujudan dari ide-ide ini.
Dapat
dilihat bagaimana kaum fundamentalis akan menafsirkan wahyu-wahyu Allah secara
repesif. Hanya menggunakan satu sudut pandang. Menolak adanya “demokratisasi”
dalam memahami wahyu Allah. Pada intinya sikap absolutis yang berkeyakinan
bahwa penafsirannya paling benar. Seakan-akan hanya mereka yang berhak
menafsirkan. Dalam hal ini elitisme penafsiran yang menonjol. Kalangan tertentu
saja yang mempunyai kapabilitas dalam menafsirkan ayat. Mereka sepertinya telah
menafikan peran manusia dalam menginterpretasikan ayat. Subyektifitas atau bias
penafsiran merupakan suatu hal yang tidak terhindarkan. Mereka juga mengabaikan
bahwa manusia bukanlah makhluk sempurna. Ada kekurangan-kekurangan dalam diri
manusia dalam menafsirkan ayat. Bagi mereka pintu ijtihad dirasa sudah ditutup
rapat-rapat. Tidak perlu ada diskusi lagi karena wahyu Allah sudah tertera
dengan jelas. Wahyu Allah boleh saja sudah berhenti tetapi seiring perkembangan
dan kontekstualisasi zaman maka suara-suara ijtihad perlu dilantangkan kembali.
Antara
agama dan negara tidak dapat diceraikan begitu saja. Jika kalangan sekularis
memisahkan ranah agama dan negara, maka mereka menolak dengan keras hal itu.
Bagi mereka, islam adalah agama yang menyeluruh. Semua aspek kehidupan telah
tertuang dan diatur dalam islam. Begitu pun ranah politik turut pula telah
diatur. Jika memisahkan agama dan negara maka dianggap telah mengingkari hukum
Allah.
Ciri
yang paling melekat dalam diri kaum fundamentalis adalah penafsiran wahyu-wahyu
Tuhan secara literalis dan tekstual. Bagi mereka, pembacaan wahyu-wahyu Tuhan
haruslah sebagaimana yang tertera dalam ayat. Kalau boleh dikatakan dalam
bahasa hukum bahwa mereka hanya membaca “baju” dari ayat-ayat. Nilai-nilai
substantif dari ayat-ayat –secara sengaja atau tidak- diabaikan begitu saja.
Wahyu Tuhan merupakan sebuah respon dari permasalahan umat yang ada pada kurun
ruang dan waktu tertentu. Tidak bisa digeneralisasikan begitu saja untuk semua
zaman. Adanya kekhususan tersendiri dari setiap ruang dan waktu. Aspek
historisisme ayat dan rasionalisasi pembacaan ayat perlu dilakukan agar lebih
komprehensif.
Pada
karakteristik terakhir merupakan signifikansi penting dari kaum fundamentalis. Semangat
kaum fundamentalis lain tak bukan merupakan semangat dari ide Pan Islamisme.
Sebuah semangat untuk menyatukan umat islam di seluruh dunia. Namun ide Pan
Islamisme Jamaluddin tidak membayangkan harusnya membentuk suatu negara islam
dengan aturan-aturan islam yang menjadi pijakannya. Jamaluddin hanya berseru
agar umat islam yang masih terjajah (konteks saat itu) untuk bersatu dan
bangkit melawan para penjajah yang telah menyengsarakan mereka, khususnya bagi
negara mereka. Pada intinya Jamaluddin anti terhadap Barat dengan segala
perlakuan mereka menjajah bangsa-bangsa kaum islam.
Namun
dalam konteks kekinian, ada sebagian kaum islam yang masih merasa bentuk
penjajahan tersamar dari cengkraman bangsa barat meskipun negaranya sudah
merdeka. Dominasi barat dalam segala lini begitu kentara. Hingga pemerintahan
yang berkuasa ikut “dikendalikan” oleh barat. Dengan latar belakang ini, tidak
mengherankan jika kaum fundamentalis islam mulai bergerak menyuarakan
aspirasinya menyikapi hal yang terjadi. Mereka berseru agar kaum islam bersatu
dan melawan penjajah ( Pan Islamisme ). Untuk beberapa kasus kaum fundamentalis
( Hizbut Tahrir Indonesia ), bahkan mereka berseru untuk melawan pemerintahan
yang sah karena kafir. Dikatakan kafir karena roda pemerintahan dan bentuk
negara yang dijalankan tidak berasaskan islam. Meskipun Jamaluddin tidak
mengharuskan suatu bentuk negara dari semangat Pan Islamisme, oleh beberapa
kaum fundamentalis, umat islam harus disatukan dalam bentuk pemerintahan
tunggal. Pemetintahan dan bentuk negara yang dimaksud adalah Khilafah dengan
seorang Khalifah sebagai pemimpin tertinggi negara. Lagi-lagi ini hanyalah
bentuk angan-angan bahkan (menurut kami) adalah suatu utopia belaka.
Semangat
Pan Islamisme yang ditelurkan oleh Jamaluddin tidaklah pernah surut. Selagi
masih ada negara-negara yang dijajah secara tersamar oleh barat maka semangat
ini akan terus membara. Khususnya bagi kaum fundamentalis, ini adalah agenda
politik mereka dalam mewujudkan bentuk negara islam ( idealnya mereka ).
Pergerakan mereka akan terus-menerus merongrong. Bagi kaum fundamentalis
radikal, mereka akan menempuh jalan kekerasan meskipun dengan alasan tujuannya
akan baik. Bagi kalangan fundamentalis moderat, mereka akan mengikuti aturan
main yang ada ( demokrasi ). Mereka menyelinap dengan pergerakan yang lihai
hingga masuk dalam struktur pemeritahan yang ada. Setelah berhasi masuk,
sedikit demi sedikit mereka akan merubah hukum yang ada sehingga nuansa islam (
islam pemahaman mereka ) begitu kental. Tidak hanya itu, pergerakan kaum
moderat juga dengan “lincahnya“ membangun basis-basis gerakan dari bawah. Dengan
basis gerakan dari bawah yang persebarannya terus meluas, mereka mewacanakan
bentuk negara islam. Hingga wacana itu akan berbuah menjadi opini publik umat
islam yang apirasinya minta didengarkan oleh pemerintah. Pada akhirnya,
tuntutan dan aspirasi yang begitu besar dari kaum islam untuk membentuk negara
islam direalisasikan oleh negara.
b. Penutup
Semangat
yang digagas oleh Jamaluddin adalah suatu semangat yang mengawali
kegiatan-kegiatan pemberontakan negara timur kepada bangsa Eropa yang menjajah
urusan pemerintahan negara timur. Ia menggunakan cara-cara dan pendekatan-pendekatan
seperti syiar syiar , dialog , dan tulisan tulisan. Ia mengajarkan cara menulis
dan menanamkansifat untuk berani berpendapat sasaran utamanya para pemuda.para
pemuda ini diangga sebagia agen kebangkitan nasional kegiatan jamaluddin pun
berhasil untuk menghasut kebangkitan untuk melawan eropa di tanah Mesir dan
semenjak itu menjadi titik awal pengaruh jamaluddin di dunia timur lainnya.
Selain
semangat modernisme Jamaluddin, ia juga menelurkan sebuah pemikiran yang maju
pada zamannya yaitu Pan Islamisme. Sebuah pemikiran yang ingin mempersatukan
umat muslim secara independen dalam bidang politik, sosial maupun keagamaan.
Sebuah gagasan yang turut pula menjadi inspirasi bagi kaum fundamentalis.
Gagasan untuk mempersatukan umat islam melawan ekspansi pesatnya modernisme
barat pada waktu itu. Oleh Hizbut Tahrir gagasan Pan Islamisme “dimodifikasi”
ke dalam agenda utama politik mereka untuk mendirikan Khilafah Islamiyah. Pada
tataran ini terlihat adanya korelasi antara Pan Islamisme dengan gerakan
fundamental khususnya Hizbut Tahrir. Sebuah konsep negara yang menggunkan islam
sebagai dasar hukumnya. Penerapan syariat islam dalam kehidupan sehari-hari.
Khilafah Islamiyah dipimpin oleh seorah khalifah yang disebut-sebut sebagai
wakil Tuhan di dunia. Terdapat pula Dewan Musyawarah sebagai “lembaga
legislatif”. Namun perlu di catat disini bahwa konsep kenegaraan tidak satupun
dicatut dalam Al Quran dan Nabi tidak pernah menyarankan sebuah bentuk negara
yang sesuai dengan islam. Mengutip perkataan Asyaukani bahwa nilai-nilai luhur
dan universalnya islam tidak cukup direduksi hanya pada agenda-agenda politik
tertentu. Sebuah negara merupakan hasil konsensus bersama di antara segenap
anak manusia yang mendiami wilayah tertentu. Bukanlah berdasarkan agama maupun
kelompok tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ali,
Mukti. Alam Pikiran Islam Modern di Timur
Tengah. Jakarta:Djambatan. 1995
2. Beverley
Milton-Edward. Islamic Fundamentalism
since 1945. New York: Routledge. 2005
3. Black,
Anthony. Pemikiran Politik Islam: Dari
Masa Nabi Hingga Masa Kini. Jakarta: Serambi. 2001.
4. Hourani.
Albert. Pemikiran Liberal di Dunia Arab.
Bandung: PT. Mizan Pustaka. 2004
5. Mubarak,
Zaki. Genealogi Islam Radikal di
Indonesia: Gerakan Pemikiran dan Prospek Demokrasi. Jakarta: LP3ES. 2008
6. Roy,Oliver.
Gagalnya Islam Politik. Jakarta:
Serambi. 1996
[1] Mukti
Ali.1995. Alam pikiran islam modern di timur tengah
. Jakarta:Djambatan. Hlm 261
[2] Ibid. hlm 288
[3] Ibid. hlm 288
[4] Ibid. hlm 300
[5] Anthony
Black. .2001. Pemikiran Politik Islam: Dari Masa Nabi hingga masa kini. Jakarta:
Serambi. Hlm 545
[6] Albert
Hourani. Pemikiran Liberal di Dunia Arab. Bandung: PT. Mizan Pustaka. 2004. Hlm 173
[7] Op.cit.
Roy, Olivier. Hlm 2
[8] Op.cit.
Black,Anthony. hal. 546
[9] Op.cit. Black, Anthony. hal. 550
[10]
Beverley Milton-Edwards. 2005. Islamic
Fundamentalism Since 1945. New York. Routledge. Hal 22
[11] Nader Saidi. What Is Islamic Fundamentalism
dalam Jeffrey K Hadden & Anson Shupe. Prophetic Religions and Politics
dalam M. Zaki Mubarak. Genealogi Islam
Radikal di Indonesia : Gerakan, Pemikiran, dan Prospek Demokrasi. Jakarta.
LP3ES. Hal 19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar