Rabu, 10 Oktober 2012

PPSD 1- Political Development and Democracy


PPSD
Reading Comment and Question I 
Introduction to the course: Political Development and Democracy
Oleh: Yasinta Sonia Ariesti
NPM: 1006762612
Samuel P. Huntington in Political Order in Changing Societies
Teks ini membahas perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam perpolitikan banyak negara. Dikatakanbahwa perbedaan yang mencolok dalam perpolitikan negara bukan terletak pada pemerintahannya tapi gelar dari pemerintah tersebut. Dan perbedaan antara demokrasi dengan sistem diktator adalah berupa dari sistem konsesus, legitimasi, komunitas, organisasi, efektivitas, stabilitas dan negara lainnya yang masih kurang sempurna.
Huntington membandingkan dua kelompok negara, satu terdiri dari United States, Inggris, dan Uni soviet, dan kelompok negara lainnya adalah negara-negara yang masih menyempurnakan negaranya dalam tataran demokrasi seperti Asia, Afrika, dan Amerika Latin dimana komunitas politik disana memiliki kekuatan yang besar dibandingkan institusi politik. Perbedaan lainnya setelah perang dunia kedua adalah meningkatnya etnisitas dan konflik kelas, kekerasan, dan dominasi. Stabilitas tidak tercapai dan kerusuhan terjadi dimana-mana. Mereka biasanya melawan bentuk pemerintahan lama yang diktator atau jika sudah tercapai akan kembali berjuan melawan kolonialisme. Kekerasan dan ketidakstabilan dalam buku ini dikatakan meruakan tanggung jawab dari perubahan sosial yang sangat cepat, begitu juga mobilisasi dari kelompok-kelompok baru yang bergerak dalam perpolitikan negara tapi tidak diimbangi dengan perubahan dan kemajuan dari institusi politik itu sendiri.
Tapi berbeda dengan kelompok negara yang pertama, dikatakan bahwa perubahan terjadi karna adanya faktor ekonomi dan muncunya basis-basis kekuatan politik. Padahal, pada negara berkembang pun kekacauan yang terjadi dalam proses penerapan demokrasi bisa dikatakan lebih kompleks. Jika dalam kelompok negara yang pertama mereka sudah memiliki institusi politik, maka pada kelompok negara yang kedua mereka tidak memiliki institusi tersebut yang dapay membendung arus peruahan sosial atau ekonomi. Pada kelompk negara ini, mereka masih meraba-raba demokrasi seperti apa yang akan dibangun. Apalagi selepas dari perang dunia dan zaman penjajahan, negara-negara berkembang ini baru saja merasakan kebebasan yang tengah lama tak mereka miliki dalam bernegara, ini menyebabkan munculnya banyak euforia untuk berkumpul, berkarya, dan bersuara.
Ada kesamaan dalam kedua kelompok negara ini, yaitu adanya usaha mengurangi kemiskinan, penyakit, dan peningkatan pembangunan dan stabilitas politik. Sepanjang sejarah, setelah perang dunia ke dua khusunya, demokrasi menjadi suatu virus yang menyebar dan mengakar ke negara-negara yang naru saja lahir, mereka menerima dan mengadopsinya. Demokrasi masuk, difaforitkan beramai-ramai tanpa banyak memepertanyakan sistem yang akan digunakan di negaranya. Akankah sesuai dengan kultur yang dianut oleh negara pengadopsi demokrasi? Dengan agama atau sisetem religi yang diyakini oleh masyarakat asli? Karena seiring dengan waktu yang berjalan, tengah banyak pembuktian dan kejadian yang memperlihatkan bahwa demokrasi tidak berhasil membawa kesejahteraan bagi warga yang menganutnya, khususnya di kelompok negara kedua yang telah disebutkan.
Banyak faktor yang seharusnya bersama-sama dan dengan solid membangun negara dengan demokrasi sebagai mesin penggerak bangsa, yaitu institusi politik, ekonomi, dan sosial. Jika ketiga institusi ini dalam teks masih banyak pengklasifikiasiannya untuk beradaptasi, maka saya rasa demokrasi akan berjalan tapi dengan kaki yang pincang. Khususnya untuk di Indonesia yang masuk dalam kelompok negara yang kedua, demokrasi harusnya dikaji secara mendalam. Sifat orang Indonesia yang kekeluargaan, tidak bisa diisatukan begitu saja dengan semangat demokrasi yang mengusung kebebasan dan individualisme. Orang Indonesia yang mudah terpengaruh oleh mainstream tidak bisa digunakan dengan kebebasan berserikat dan berpendapat dari demokrasi yang menggunakan konsep suara terbanyak. Orang Indonesia butuh lebih didengar keinginanny, diangkat harga dirinya, dimana artinya kalangan minoritas tidak bisa dilupakan begitu saja. Jadi, apakah demokrasi yang seperti inikah yang Indonesia butuhkan sekarang ini? pantaskah Indonesia yang tengah lama terpuruk dalam kemiskinan dan permasalahan lainnya tetap dibiarkan dan dibebaskan dengan demokrasi yang menjadi sandingan pemerintahannya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar