Makalah
Pemikiran Politik Barat
Determinisme Ekonomi Marx
Oleh:
Yasinta Sonia Ariesti
NPM:
1006762612
a.
Latar
Belakang
Barat, dalam hal ini Eropa adalah tempat dimana
lahirnya pemikiran-pemikiran yang kelak menjadi konsep utama kemajuan ilmu
pengetahuan. Tempat berkembangnya ide dan gagasan yang brilian dan
berkontribusi besar pada seluruh dunia. Perkembangan yang amat berharga ini
berawal dari sebuah revolusi mengenai sebuah cara bagaimana seharusnya manusia
berfikir dan mengembangnkan apa yang ada di pikiran dan hatinya. Pada masa ini,
kebebasan dalam mengungkapkan dan menelurkan ide-ide adalah sesuatu hal yang
langka dan menjadi titik awal kemajuan dari ilmu pengetahuan yang dikembangkan
oleh para tokoh-tokoh pemikir.
Marx, adalah salah satu pemikir abad pertengahan
yang hidup di zaman revolusi Industri di Eropa dan berhasil menelurkan konsep
utamanya yaitu konsep kelas. Konsep kelas dan semua pemikiran lainnya akhirnya
menjadi suatu paham tersendiri dan berkembang menjadi banyak aliran paham
lainnya seperti marxisme dan komunisme. Pemikiran Marx nyatanya tidak hanya
sebatas mengenai kelas, tetapi ia juga fokus pada pemikiran ekonominya,
contohnya adalah determinisme ekonomi. Konsep determinisme ekonomi Marx adalah
salah satu konsep dari Marx yang terdapat dari konsep materialisme sejarah Marx
dan bersama-sama membangun satu grand
theory : negara kelas.
Marx sangat tertarik pada bidang ekonomi. Ia
berfikir bahwa ekonomi adalah sumber utama terjadinya kapitalisme dan konflik
sosial, dalam hal ini konflik kelas. Ia memandang ekonomi mendominasi dari
terjadinya sejarah, meski dalam beberapa tulisan yang ditemui, Marx sedikit
ragu dengan pernyataannya ini. Determinisme ekonomi menjadi penting untuk
dibahas dan dikaji karena pengaruhnya yang dominan pada hampir seluruh
pemikiran Marx dan inilah yang membuatnya menjadi seorang pemikir yang
materialis. Ia bersandar pada fakta dan kajiannya yang empiris dalam membuat
teorinya, segala yang kebendaan. Maka, uraian dari makalah ini akan
menyampaikan secara jelas determinisme ekonomi yang diusung Marx agar pemikiran
Marx dapat dipahami secara utuh.
b.
Rumusan
Masalah
Apa
yang dimaksud dengan determinisme ekonomi yang digagas oleh Marx?
c.
Pembahasan
Kehidupan dan Perkembangan
Pemikiran Marx
Karl
Marx adalah pemikir dalam ranah sosial, politik, dan filsafat. Pemikiran dan
konsep utama yang dilahirkannya adalah konsep kelas yang terinspirasi oleh
lingkungan ia hidup. Marx lahir di Jerman pada tahun 1818, lebih tepatnya di distrik
Moselle, Prussian Rhineland. Ia hidup pada zaman Industrialisasi di Eropa yang
sedang mengalami perkembangan yang pesat akibat dari revolusi industri. Ia
melihat sendiri kehidupan yang menyedihkan yang dijalani oleh para buruh. mereka
hanya bekerja dan bekerja dari pagi hingga mereka harus tertidur lagi, hanya
untuk mendapatkan alat penyambung hidup yang tidak banyak. Mereka begitu
bekerja keras dan dieksploitasi oleh para perusahaan, dipaksa untuk berproduksi
dalam satu sistem kapital dimana yang memegang kendalinya adalah mereka para
golongan yang memiliki unit modal untuk menggerakkan produksi.
Marx melihat
kehidupan buruh yang tidak layak di
kolong-kolong jembatan, makan seadanya, dan hidupnya tidak ada yang menjamin
apalagi yang memerhatikan. Marx merasakan peran dari negara yang sangat
sedikit, atau tidak ada sama sekali. Buruh sangat jauh dengan negara yang
seharusnya melindunginya. Seperti dikatakan Prof. Ahmad Suhelmi dalam bukunya Pemikiran Politik Barat, Marx memandang
negara sebagai mahluk yang jahat, hampir sama dengan istilah ‘leviathan’ dari
Hobbes. Negara adalah pelindung dari modal-modal yang dimiliki para golongan
yang memiliki modal untuk tetap dapat melakukan berbagai produksi dan menambah
kapital-kapitalnya. Ini mempertegas hanyalah mereka yang memiliki modal-modal
untuk produksi yang memiliki perlindungan negara berikut aksesnya, sedangkan
para buruh tidak memilki akses sama sekali karena mereka tidak memiliki modal
yang menghubungkan mereka dengan negara. Negara pun memperlihatkan bahwa tidak
memiliki alasan untuk melindungi para buruh, karena yang mereka miliki hanyalah
tenaga dan raganya saja, yang seolah tidak perlu dilindungi.
Marx dalam hidupnya
mengalami perkembangan dalam berfikir, baik berubah sudut pandangnya dan gaya
berfikirnya. Ia juga memiliki koridor pemikiran yang berbeda antara Marx tua
dan Marx muda seperti yang diperbincangkan oleh para ahli. Perbedannya terletak
pada tulisan-tulisan pentingnya yang merepresentasikan muda dan tuanya Marx.
Saat muda, para ahli mengidentifikannya dengan tulisan The German Ideology dan
naskah-nakah Paris yang ditulisnya pada akhir 1843 yang nyatanya baru
diterbitkan lama setelah Marx meninggal dunia.[1] Marx tua
diididentifikasikan pada pemikirannya masih dengan tulisan The Germann Ideology
yang ditulisnya bersama kawan dekatnya, Engels dan pada saat itu ia berumur 28
tahun pada 1846. Tulisan dan pemikirannya yang paling mencolok pada Marx yamg
muda dan tua adalah jika sebelum 1846 ia adalah seorang yang humanis, setelahnya ia menjadi yang anti-humanis dan ilmiah, seperti yang
ia banggakan pada pemikirannya yang berdasarkan materialisme.
Konteks
pemikiran dari Marx memang dengan jelas terlihat dari pergaulan dan
lingkungannya. Pertama, Marx berkembang setelah lulus dari sekolah gymnasium—sebuah ssekolah menengah
Jerman berjenjang sembilan tahun yang berbahasakan Yunani kuno dan Latin—di Prussia,
Jerman Utara dengan kondisi politik yang represif dimana kebebasan menjadi satu
barang langka saat melawan kembali Napoleon. Marx menjadi seorang pelarian dari
Prussia yang sangat reaksioner. Undang-undang mengenai kebebasan dihapuskan,
siapapun yang terlalu liberal (seperti pers dan para tokoh) diawasi dengan
ketat dan akan ditahan.
Lalu ia bersekolah
di Universitas Berlin dimana ia mulai berkenalan dengan karya-karya Hegel (Hegel
adalah mantan profesor di Universitas Berlin ) yang sangat menginspirasinya,
karena tak jarang pada saat mudanya Marx, selain mengagumi pemikiran-pemikiran
Hegel dan hampir semua pemikirannya mirip, mengakui bahwa ia adalah seorang
Hegelian.[2]
Hegel telah menginspirasinya—terutama dalam ajaran filsafat politik yang
menempatkan rasionalitas dan kebebasan sebagai nilai tertinggi—dalam mengarahkan
pertanyaan dasar dalam konsep kelasnya: “bagaimana membebaskan orang-orang yang
tengah tertindas dan tak berdaya dalam suatu tatanan politik yang kacau”. Ajaran
Hegel juga dikatakan bersifat ateistik[3]
yang menambah kecocokan dengan Marx. Marx memiliki minat yang kosong pada agama
dengan mengistilahkan agama adalah candu.
Marx
berkenalan dengan filsafat Ludwig Feurbach (The Essence of Christianity) dan
mempengaruhi pemikiran Marx sampai mendalam. Ia mencari atas jawaban dari
segala pertanyaan yang timbul saat ia di Prussia di Paris. Di Paris ia bertemu
dengan para tokoh sosialis, para pelarian dari Jerman seperti dirinya, dan
Friedrich Engels. Paris memang menjadi basis sosialis radikal dan akhirnya Marx
menjadi seorang yang sosialis klasik setelah berkenalan dengan hal kepemilikan
pribadi adalah tidak mungkin selama terjadinya eksploitasi. Disini adalah
pertemuan pertama Marx dengan kaum buruh industri.
Inilah yang
melatarbelakangi pemikiran dan perhatiannya pada penghapusan milik pribadi,
rasa sosialis yang sama rasa dan sama rata. Sosialismenya adalah sosialisme
yang berdasarkan kenyataan, hukum-hukum yang dipakai masyarakat, dan sesuai
dengan cita-cita rasional. Pada tahap inilah Marx berubah dari pemikirannya
yang filosofis menjadi lebih sosial dengan segala keilmiahannya berdasar pada
materialistik dan mulai menggunakan sisi ekonominya. Dari prinsip materialistiknya,
Marx bergerak maju pada kapitalisme, dimana kapitalisme yang berorientasi pada
keuntungan dari para kaum pemegang modal akan menghasilkan sebuah perjuangan
dari golongan buruh atau pekerja yang selama ini tengah menjadi perhatiannya.
Produksi kapitalis inilah yang diprediksi Marx akan menimbulkan revolusi dari
kaum pekerja untuk menghapuskan alat-alat produksi dan kepemilikan pribadi dan
mewujudkan masyarakat yang sosialis, yang tanpa kelas. Marx memandang penting
individu dalam proses produksi sosial atau co-operation
of several individual yang memiliki hubungan ganda yaitu: alami dan sosial.
Dari Paris, Marx pindah ke Brussel
karena diusir oleh pemerintah atas korannya yang tidak pernah terbit Die Rheinishe Zitung. Lalu tiga tahun
kemudian ia diusir lagi dari Belgia dan menetap selamanya di London bersama
keluarganya. Di London, ia memulai hidupnya yang baru dengan kesadaran penuhnya
bahwa ia adalah seorang pemikir yang pikirannya menjadi penentu masyarakat
luas. ia melahirkan buku-buku yang kelak menjadi masterpiece-nya. Kehidupan
Marx bersama keluarganya tidaklah begitu baik dalam urusan keuangan, hidupnya
miskin sampai salah satu anaknya meninggal karena kelaparan karena Marx tidak
memiliki pemasukan yang tetap dan ia tidak pandai dalam mengatur uang. Di dua
puluh tahun akhir hidupnya, Marx mendapat kiriman uang dari Engels dan
menyelamatkannya dari kegersangan kehidupan ekonomi.
Pemikiran Marx mengenai Determinasi
Ekonomi
Meskipun Marx adalah pengagum utama
dari Hegel dan beberapa konsep dan pemikirannya terinspirasi dari Hegel, ia
juga salah satu pengkritik Hegel yang utama. Hegel menganggap faktor non
duniawi lah yang mempengaruhi sejarah, hal seperti roh, semangat dan ide tetapi
Marx sangat menyangkal argumen ini. Ia menyangkal dengan pemikirannya dimana
sejarah tidak akan terjadi bukan karena pertentangan yang terjadi di level
khayalan/gagasan atau dunia tidak nyata tetapi ditentukan oleh apa yang terjadi
di dunia. Marx dalam The German Ideology
mengatakan:
“....kami tidak bertolak dari
apa yang dikatakan orang, dari bayangan dan cita-cita orag, juga tidak dari
yang diperkatakan, dipikirkan, dibayangkan, dicita-citakan untuk sampai kepada
manusia nyata; (melainkan) kami bertolak dari manusia yang nyata dan aktif, dan
dari proses hidup nyata merekalah perkembangan refleks-refleks serta gemagema
ideologis proses hidup itu dijalankan....”[4]
Ini
adalah gagasannya mengenai konsep meterialisme sejarah yang mengabsenkan
pentingnya sebuah gagasan dan kontribusinya pada sejarah. Disebut juga sebagai
materialis karena sejarah dianggap ditentukan oleh syarat-syarat produksi
material, materialisme disini bukan dalam arti filosofis, sebagai kepercayaan bahwasanya
realita adalah materi, melainkan menunjuk pada hal yang menentukan sejarah. Dan
jawabannya adalah keadaan material=ekonomi, bukan pada pikiran dan gagasan.
Material yang ditekankan adalah produksi kebutuhan material manusia, cara
manusia menghasilkan apa yang dibutuhkan manusia untuk hidup. Kondisi material
masyarakat dianggap sesungguhnya berasal dari dan disebabkan oleh ide besar
yang menggugah semangat. Penekanan secara eksklusif yang terjadi pada ide
sebagai penggerak sejarah mengabaikan kenyataan bahwa ide tidak saja
menimbulkan tetapi juga mencerminkan adanya peristiwa tertentu.[5] sikap
material dari Marx juga mnunjukkan bahwa Marx memahami semua kepentingan hanay
sebagai yang ekonomis saja, entah langsung entah tidak langsung, ia memandang
kekuasaan politik hanya menhadi kepentingan sebagai fungsi kekuasaan ekonomis.[6]
Marx
dalam perspektifnya menyatakan bukan cita-cita kebebasan yang menjadi kekuatan
dalam sejarah modern tetapi kebutuhan kelas kapitalis akan tersedianya buruh
saat dibutuhkan dan lingkungan atau kondisi-kondisi yang berada disekitar
dimana memungkinkan terlaksananya ide tersebut, kelangsungan dan tentunya
dampak dari ide tersebut yang akan membaur dengan lingkungan tersebut.
Bagi
Marx, sejarah terjadi karena pertentangan yang terjadi pada dunia material,
sesuai dengan konsep materialismenya atau konsep serba benda. Bentuk dan
kekuatan produksi material tidak saja menentukan proses pekembangan dan
hubungan-hubungan sosial manusia, seta formasi politik tetapi juga pembagian
kelas-kelas sosial.[7]
Hubungan-hubungan produksi menjadi sangat dipengaruhi oleh kekuatan sosial
dalam menciptakan bentuk kekuatan produksi mereka. Determinasi ekonomi adalah
dimana hal-hal yang bersifat mendasar (basis) seperti bentuk modal, alat-alat produksi, dan kekuatan-kekuatan modal
lainnya yang mempengaruhi sejarah, bukan kehidupan
sosial seperti agama, politik, filsafat, seni, bahkan negara
(suprastruktur) lah yang mempengaruhi dan membuat sejarah.
Marx
memandang segala perubahan politis adalah hal-hal yang berkaitan dengan produksi—kemajuannya—dimana
tujuan dari sejarah adalah kemajuan dalam perbaikan hidup manusia yang hanya
bisa dilakukan di tahapan duniawi. Istilah “basis” dalam beberapa literatur
disebut sebagai “infrastuktur” dengan ciri-ciri basis adalah pertentanga antara
kelas-kelas atas dan kelas-kelas bawah. Sedangkan “suprastruktur” juga disebut
“bangunan atas” dengan ciri-cirinya adalah yang mengatur kehidupan masyarakat
diluar hal-hal keproduksian, termasuk norma, agama, kesehatan, sistem pendidikan,
lalu lintas, dll.
Ide
determinasi ekonominya timbul pada fase Marx tua, diawali dengan The German Ideology seperti yang telah
dijabarkan diatas pada perkembangan pemikiran Marx, yaitu saat Marx berubah
menjadi seorang yang anti-humanis dan bersandar pada rasionalitas demi
menunjukan keilmiahannya. Ia menemukan hukum yang mengatur perkembangan
masyarakat dan sejarah yaitu ekonomi. Ekonomi adalah hal yang mndasar bagi
pandangan sejarah materialistiknya. Dan inilah yang menjadikannya sebagai
pemikir sosialisme ilmiah, sosialisme yang tidak berdasarkan harapan atau
keingan khayalan belaka, semuanya serba benda dan berdasarkan kepada analisis
ilmiah terhadap perkembangan kehidupan hukum masyarakat. Ia merumuskan bidang
ekonomi menentukan aspek politik dan pemikiran manusia, meski faktor ekonomi
sendiri ditentukan oleh konflik antara golongan pekerja dan pemilik modal yang
konflik tersebut dipertajam oleh inovasi di bidang teknik produksi.
Pertentangan tersebut juga akhirnya akan meledak dalam sebuah revolusi yang
akan mengubah struktur dan kekuaaan di bidang ekonomi, kenegaraan, dan gaya
berfikir manusia.
Dalam
buku ini, Marx juga mengatakan bahwa sistem kapitalis akan runtuh setelah
terjadinya revolusi. Revolusi yang akan memecah kelas-kelas menjadi saling
bertentangan dan menghasilkan masyarakat sosialis karena berhasil menghilangkan
kelas dalam masyarakat.
Teori
perkembangan masyarakat dipengaruhi perkembangan ekonomi dari Marx ini
mengharuskannya untuk membuktikan teori tersebut dengan memperlihatkan bahwa
ekonomi kapitalis akan segera menuju kehancurannya secara ilmiah. Pada akhirnya
Marx masih merasa sulit membuktikan teori ini, ia menjadi fokus pada pendekatan
ekonomi terhadap kajiannya yaitu civil
society[8]
dan menciptakan teori-teori baru. Hal lainnya yang mendasari pemikiran
determinasi ekonominya adalah pendapatnya mengenai keterasingan. Manusia selalu
hidup dalam keterasingan dan terasing dari hidupnya sendiri. Entah apa
maksudnya, tapi keterasingan tersebut muncul karena faktor kepemilikan pribadi
atas alat-alat produksi yang nantinya akan menimbulkan konflik dari diri
sendiri untuk melindungi usahanya dan bersaing dalam industrialisasi. Hak milik
tersebut juga membuat para golongan pemilik alat tersebut untuk hidup dari
“penghisapan” para golongan pekerja yang mana struktur ekonomi itu dicerminkan
didalam struktur kekuasaan dibidang sosial dan ideologi. Memang terlihat pada
akhirnya jika sejarah itu paling ditentukan oleh struktur dari masyarakat dan
perkembangan kelas-kelas sosial yang terdapat didalamnya dimana kelas-kelas ini
tercipta atas motivasi alamiah dari manusia untuk memperbaiki keadaan hidupnya
dengan membuat kemampuan individu masing-masing semakin spesifik dan adanya
pembagian kerja. Intinya, siapapun ia yang memiliki kekuatan ekonomi, ia akan
secara mudah mendapatkan akses pada negara, bahkan menguasai, sehingga kekuasan
negara cenderung sering mendukung kaum pemegang kekuatan ekonomi ini untuk
kepentingan mereka. Begitu pula dengan tatanan agama atau nilai yang berperan
untuk memberikan legitimasi pada kekuasaan golongan-golongan tersebut. Struktur
kekuasaan politis maupun spiritual dalam
masyarakat mencerminkan struktur kekuasaan golongan atas kepada golongan
pekerja/bawah dalam hal ekonomi.
Alasan
logis lainnya yang dituangkan Marx adalah seperti ini, manusia sebagai manusia
tentunya butuh dan harus makan dan minum, berpakaian, tempat tinggal, istirahat
dan lainnya sebelum manusia melakukan kegiatan sosial, politik, menimba ilmu,
agama, urusam kenegaraan, dan lain seterusnya. Jadi bahwa produksi nafkah hidup
material bersifat langsung dan dengan demikian tingkat perkembangan ekonomis sebuah
masyarakat tau zaman masing-masing menjadi dasar dari bentuk-bentuk kenegaraan,
pandangan hukum, seni, dan religiusnya masyarakat.[9]
Saya kira ini sudah masuk dalam tahapan dimana ekonomi mendeterminasi ke arah
pembentukan kebudayaan, bukan lagi sejarah saja karena mencangkup aspek-aspek
pembangun kehidupan. Marx memang tidak mengklaim bahwa hanya faktor ekonomi
sajalah yang menciptakan sejarah, ia hanya menyatakan bahwa faktor ini adalah
yang terpenting sebagai dasar dan landasan untuk membangun sebuah suprastruktur
kebudayaan, perundang-undangan, dan pemerintahan yang diperoleh pula oleh
berbagai ideologi politik, sosial, keagamaan, dan hal lainnya yang sejalan
berdampingan.[10]
The German Ideology juga tidak menyebutkan bahwa interpretasi mereka (Marx dan
Engels) mengenai sejarah adalah satu-satunya yang dapat merepresentasikan dari
sejareh tersebut.[11]
Konsep
determinasi ekonominya sudah dapat menggambarkan sosialismenya yang ilmiah
arena berdasarkan pengetahuan dan hukum-hukum objektif. Diluar konsep revolusi
kaum pekerja yang akan menciptakan masyarakat tanpa kelas yang dinilai utopis,
tidak logis dan memang tidak terbukti kebenarannya di masa kontemporer. Konsep
determinisme ekonomi dari Marx adalah salah satu kelemahan lain di
pemikirannya. Menurut penulis, faktor ekonomi atau faktor apapun tidak dapat
dikatakan mendominasi terjadinya sebuah sejarah. Sejarah terjadi bukan karena
satu faktor tunggal yang berpengaruh, dan dalam keadaan tersebut harus
dibutuhkan lagi suatu penelitian yang mendalam dan empiris untuk mengetahui
faktor apa yang paling berperan pada sejarah.
Kesimpulan
Pemikiran
determisime ekonomi Marx adalah sebuah pemikiran Marx yang memandang secara
utuh, bahwa faktor utama dari terjadinya sejarah adalah hal ekonomi. Ia melihat
unsur-usnru besar (bangunan atas) seperti politik, agama, pendidikan, dan lain
sebagainya di[engaruhi oleh motif ekonomi dalam menjalankan kehidupan
bernegara. Marx membagi dua faktor yang mempengaruhi terjadinya sejarah yaitu
basis dan bangunan atas atau yang lebih populer disebut infrastruktur dan
suprastruktur. Dan suprastruktur ini adalah penentu sejarah dimana suprastruktur
dipengaruhi oleh infrastruktur yaitu ekonomi yang berupa kekuatan modal dan
bentuk-bentuk alat produksi.
Marx
memandang segala fenomena berlandaskan asas kebendaan atau materialisme. Ini
memperlihatkan kelemahan Marx, ia seperti tidak memahami secara baik apa itu
negara dan kekuatan sosial. Ia hanya memandang ada satunya kekuatan utama yaitu
kekuatan ekonomi dan meniadakan peran negara dalam konsep negara kelasnya. Ini
meruntuhkan klaim dirinya sendiri bahwa konsepnya adalah didasari dengan akal
dan rasionalitas, padahal dengan konsep final yang diusungnya, ini adalah
sebuah konsep yang utopis belaka. Negara tidak mungkin tiada, karena tetap saja
dibutuhkan untuk mengatur beberapa hal yang mungkin manusia tanpa kelas pun
tidak mau untuk menjalankannya. Kacamata ekonomi yang dipakainya juga
menimbulkan satu tubrukan logis, dimana tidak mungkin sebuah sejarah hanya bisa
atau didominasi oleh faktor ekonomi. Mungkin saja terjadi, tapi Marx harus
melihat sebuah fenomena dari konteks yang terjadi.
Daftar Pustaka
Referensi utama
Ebenstain,
William. Isme-Isme Dewasa Ini.
Jakarta: Erlangga. 1994
Magnis-Suseno,
Frans. Pemikiran Karl Marx: Dari
Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme. Jakarta: Gramedia. 1999.
Magnis-Suseno,
Frans. Etika Politik: Prinsip-Prinsip
Moral Dasar Kenegaraan Modern. Jakarta: Gramedia. 2003
Oishi,
Takahisha. The Unknown Marx: Reconsturcting
a Unified Perspective. London: Pluto Press. 2001
Suhelmi,
Ahmad. Pemikiran Politik Barat: Kajian
Sejarah Perkembangan Pemikiran Negara, Mayarakat dan Kekuasaan. Jakarta:
PT. Gramedia. 2001
Referensi Pendukung
Licthteim,
George. Marxism: A Historical and
Critical Study. London: Routledge & Kegan Paul Ltd. 1961
[1] Franz
Magnis-Suseno. Pemikiran Karl Marx: Dari
Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme. Jakarta: Gramedia. 1999.
Hal 7
[2] Ahmad
Suhelmi. Pemikiran Politik Barat: Kajian
Sejarah Perkembangan Pemikiran Negar, Masyarakat, dan Kekuasaan. Jakarta:
PT. Gramedia. 2007 hal 282
[3]
Magnis-Suseno. Pemikiran Karl Marx. Op,cit. Hal 47
[4] Ibid. hal 139
[5] William
ebenstain. Isme-Isme Dewasa Ini.
Jakarta: Erlangga. 1994. Hal 2
[6]
Frans-Magnis. Etika Politik:
Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern. Jakarta: Gramedia. 2003. Hal
272
[7] Donald.
Western Political Theory. Pamona College. 1968. Hal 843 dalam Suhelmi. Op,cit. Hal 284
[8] Takeshi
Oishi. The Unknown Marx. London:
Pluto Press. 2001. Dalam bab The Materialist Interpretation of History and Marx
Dialectical Method yang menjelaskan dalam pembuktian teori ekonominya, Marx
mengambil objek penelitian dengan pendekatan eknominya pada masyarakat sipil di
Eropa
[9]
Magnis-Suseno. Pemikiran Karl Marx. Op,cit.
Hal 138
[10]
Ebenstain. Op.cit.
[11] Takashi
Oishi. Op,cit. Hal 22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar